KOCAK #1: Aku Ingin Menjadi Anime
Selamat datang di seri tulisan baru berjudul KOCAK atau Koar-Koar Cakra yang bakal ngebahas keresahan Cakra (penulis) tentang segala hal yang ada disekitarnya khususnya realita dunia. Karena emang ga bisa dipungkiri, realita hidup itu sungguh pahit. Kompleksnya problematika dunia, menambah tekanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jikalau aja ada cara untuk hidup tanpa pahitnya realita mending aku jadi Anime aja.
Apakah benar, teori ketabrak truk bisa mereinkarnasi kita ke dunia lain yang diharapkan ?.
Kalau emang bisa, aku pengen jadi Oreki Houtarou yang “kulbet” dan gw banget.
Apakabar teman-teman pemulung asa, pencari cinta namun terhalang realita. Selamat datang kembali ke tulisan yang isinya tentang apa aja terserah penulis suka. Gimana nih temen-temen dinamika #31harimenulis kalian ? masih lancarkah aliran ide yang muncul ke kepala kalian ?. Mau gimanapun, semoga tantangan kalian tuntas di era gempuran pahitnya realita dan berbagai problematika.
Entah mengapa, problematika hidup semakin terasa. Ditambah umur yang semakin dewasa, ingin rasanya kembali kemasa kecil aja. Masa kecil dimana pikiran masih memikirkan tentang besok mau main apa, mentok-mentok mikirin pr dan tugas sekolah aja malah menjadi dambaan kehidupan sehari-hari di umur ini yang udah mau menginjak kepala dua.
Yah, mau gimana lagi, kehidupan tetep harus dijalani. Tapi kalau dipikir kembali, gaada salahnya juga mendambakan sebuah kehidupan utopia layaknya mimpi. Berawal dari anime sebagai tontonan dari kecil ngebuat Aku bisa melihat bagaimana sebuah utopia yang jauh sekali dari realita problematika dunia.
Siapa yang gak pengen punya kekuatan se-dahsyat Saitama (One Punch Man) ? Atau, Gimana rasanya yaa punya ketajaman deduksi kaya Detective Conan? Atau pengen deh dicintai sama 5 cewe kembar bersaudara yang cantik kaya Fuutarou Uesugi ?
Semua pertanyaan itu muncul karena imajinasi kita berjalan mengiris statisnya realita. Apa yang menjadi imajinasi, terjadi karena kita disajikan sebuah konsep kehidupan yang tidak monoton, berbeda dari yang lain, yang menggambarkan pandangan pada diri, bagaimana konsep sebuah kehidupan yang sebenarnya ingin dimiliki.
Tujuan awal menonton anime sebagai tontonan hiburan, berubah drastis menjadi tempat pelarian dari berbagai problematika kehidupan. Tenggelam dalam lautan imajinasi, ku nikmati untuk menjauh dari pahitnya dunia dewasa ini.
Andai saja aku bisa hidup dalam anime, bisa menjalani hidup dengan senang tanpa memikirkan masa depan. Andai saja aku bisa jadi anime, akan kisah asmara yang ku idam-idamkan, menjadi suami dari wanita secantik Yor dan anak seimut Anya. Andai saja anime adalah kehidupanku, mungkin saja aku tidak perlu menulis ini sebagai keresahanku menatap rusaknya dunia. Andai, andai, andai…, mau bagaimanapun, aku cuma bisa berandai. Munculnya keinginan akan sebuah kehidupan sesempurna yang diceritakan dalam animasi 24 menit dalam 24 episode satu musimnya. Walaupun dalam bangunku, mau tak mau pasti akan terbentur kerasnya realita.
Selamat tidur para penikmat imajinasi. Berenang-renanglah dalam lautan imaji selagi kalian bisa. Impikan sebuah kehidupan sempurna walaupun itu hanyalah realita fana. Daripada harus depresi karena dunia menikam setiap waktunya.